Sebagai
rakyat tugasnya adalah taat kepada perintah pemimpin sepanjang perintah
itu dalam rangka mewujudkan tanggung jawabnya yang terkandung dalam
kriteria disebutkan di atas tadi, yakni dalam upaya melaksanakan
perintah Allah dan Rasul-Nya.
Allah SWT. Berfirman:
“Hai
orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan
ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.” (An-Nisa’: 59)
Batas
ketaatan rakyat terhadap pemimpinnya adalah rakyat wajib mentaati semua
perintah pemimpin selama pemimpin itu memerintahkan taqwa kepada Allah,
sedangkan bila perintah itu untuk bermaksiat kepada Allah, maka gugurlah kewajiban untuk mentaatinya, dan muncul kewajiban baru yaitu nahi munkar ialah mencegah pemerintah dari menjalankan perbuatan maksiat tersebut.
Rasulullah SAW. bersabda:
Dari
Ali RA. berkata: (Suatu hari ) Nabi SAW. mengutus bala tentera dan
mengangkat seorang laki-laki Ansar sebagai komandan, dan Nabi
memerintahkan kepada seluruh bala tentara untuk mentaati sang komandan.
Suatu saat sang komandan marah kepada prajuritnya dan berkata: "Bukankah
Nabi SAW. memerintahkan kalian semua untuk taat kepadaku?". Para
prajurit menjawab: "Benar, komandan!". Komandan berkata: "Aku
perintahkan kamu semua untuk mengumpulkan kayu bakar, lalu bakar ia
dengan api, setelah itu masuklah kamu semua ke dalamnya!". Lalu para
prajurit mengumpulkan kayu bakar dan menyalakannya. Tatkala mereka
bermaksud untuk memasukinya, berdirilah setiap prajurit saling memandang
diantara mereka, berkata sebahagian prajurit: "Sesungguhnya kita semua
mengikuti Nabi SAW. kerana kita berlari dari api (neraka), apakah kita
sekarang akan memasukinya?". Manakala mereka dalam keadaan demikian,
padamlah api tadi, dan hilanglah marah sang komandan. Lalu kejadian itu
dicertikan kepada Nabi SAW. dan Nabi bersabda: "Andaikan saja kamu semua
memasuki api itu, pasti kamu tidak akan pernah keluar selamanya (mati
dan masuk neraka). Sesungguhnya ketaatan kepada pemimpin itu adalah
dalam hal yang Ma'ruf". (HR. Bukhari)
Allah berfirman: Dan janganlah kamu mentaati perintah orang-orang yang melewati batas, (Asy-syuara: 151)
Petunjuk Allah Dalam Memilih Pemimpin
Kerana
alasan ini, kini saatnya kita berhati-hati untuk menentukan pilihan
pemimpin yang dapat memenuhi kriteria di atas, dengan memperhatikan
petunjuk Allah dalam memilih pemimpin, ialah:
Pilihlah Pemimpin Yang Seakidah dan Memenuhi Kriteria Pemimpin
Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi
dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah
pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil
mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan
mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
yang zalim. (Al-Maidah: 51)
Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu,
orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu)
di antara orang-orang yang telah diberi Kitab sebelummu, dan
orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada
Allah jika kamu betul-betul orang-orang yangberiman. (Al-Maidah: 57)
2. Pilihlah
Pemimpin Yang Mengajak Bertaqwa Kepada Allah dan Jangan MemilihPemimpin
Yang Mendorong Bermaksiat Kepada-Nya Meskipun Ia Keluarga Kita.
"Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu jadikan bapak-bapak dan
saudara-saudaramu pemimpin-pemimpinmu, jika mereka lebih mengutamakan
kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka
pemimpin-pemimpinmu, maka mereka itulah orang-orang yang zalim."
(At-Taubah: 23).
Kesalahan dalam memilih pemimpin dapat menyebabkan penyesalan dikemudian hari.
Dan mereka berkata: "Ya
Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menta'ati pemimpin-pemimpin dan
pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang
benar). (Al-Ahzab: 67)